STIH Adhyaksa Gelar Konferensi Internasional 2025, Bahas Inovasi Keuangan dan Regulasi Masa Depan

Jakarta, 16 Juni 2025 – Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Adhyaksa kembali menyelenggarakan STIH Adhyaksa International Conference 2025 dengan tema “Driving Financial Innovations and Regulatory Framework to Enhance a Better Financial Life” di Auditorium Zamrud Khatulistiwa. Kegiatan ini menjadi ajang pertukaran gagasan antara akademisi, praktisi, dan regulator dari berbagai negara dalam menjawab tantangan ekonomi global dan digitalisasi.

Konferensi dibuka oleh Wakil Ketua I STIH Adhyaksa, Ibu Adilla Meytiara Intan, S.H., LL.M., dan menghadirkan keynote speech dari Ketua Komisi Kejaksaan RI, Prof. Dr. Pujiyono Suwadi, S.H., M.H., serta ditutup oleh Ketua Yayasan Karya Bhakti Adhyaksa, Dr. R. Narendra Jatna, S.H., LL.M.

Dalam sambutannya, Prof. Pujiyono menyoroti lonjakan kejahatan ekonomi lintas negara yang kini tidak lagi dapat ditangani secara konvensional. Ia menekankan perlunya kerja sama internasional, pembaruan regulasi, dan optimalisasi teknologi informasi dalam menelusuri aliran dana ilegal.

“Without cross-border legal cooperation, perpetrators of economic crimes will continue to escape the reach of justice,” he asserted. He further encouraged the development of digital legal systems and emphasized the role of legal education in preparing a new generation of prosecutors and legal professionals ready to face global challenges.

Prof. Christopher Johnstone dari University of Minnesota menyampaikan materi tentang kontestasi budaya dalam studi disabilitas. Ia mengangkat isu eksklusi sosial dan norma budaya yang meminggirkan penyandang disabilitas, serta mengajak peserta memahami disabilitas dari perspektif sosial, bukan sekadar medis.

“Social change can begin by simply naming the habitus,” he said, inviting the audience to critically examine cultural norms that have long marginalized people with disabilities.

Dr. Arida Turymshayeva, akademisi dari M. Auezov South Kazakhstan State University, menyampaikan pentingnya transformasi teknologi dalam dunia pendidikan. Ia menjelaskan bagaimana platform seperti Moodle, MATLAB, hingga Zoom mampu menciptakan pembelajaran yang lebih aktif dan berbasis kompetensi.

“Education today must prepare learners to become problem-solvers, not just memorizers,” she explained, pointing to technology as a catalyst for active, personalized, and competency-based learning.

Dr. Abdul Kadir Jaelani: Tantangan Hukum dalam Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Hutan

Dr. Abdul Kadir Jaelani, S.H., M.H. (Dosen Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret Surakarta) memaparkan materi bertema “Regulation of Tourist Villages Based on Sustainable Tourism in the Forest Area”. Ia mengangkat permasalahan dualisme kewenangan dan lemahnya efektivitas regulasi pariwisata berkelanjutan di kawasan hutan, khususnya di Kabupaten Karanganyar.

“The management of tourist villages in protected forest areas faces overlapping authorities between the regional government and Perhutani. Without legal clarity and coordination, sustainable tourism cannot be fully realized,” jelasnya.

Dari sisi domestik, Muhammad Arbani, S.H., M.Kn., LL.M., menyampaikan materi terkait perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan realitas tertambah (AR) di Indonesia. Ia menyoroti ketiadaan regulasi yang jelas, meskipun teknologi ini telah digunakan secara masif, termasuk dalam kasus-kasus deepfake, penipuan digital, dan konten ekstrem.

“Indonesia’s Copyright Law has yet to recognize AI-generated works. This legal gap is dangerous if left unaddressed,” he stated. He advocated for specific legislation and capacity building for legal professionals in digital and AI regulation.

Konferensi ini tidak hanya menjadi ajang intelektual, tetapi juga mencerminkan komitmen STIH Adhyaksa untuk terus aktif dalam isu-isu global, menjalin kolaborasi riset, serta mendorong lahirnya regulasi hukum yang inklusif dan adaptif terhadap masa depan.

STIH Adhyaksa mengucapkan terima kasih kepada seluruh narasumber, peserta, dan panitia atas kontribusi dan partisipasinya.