Alamat
Jl. Margasatwa No.39 RT.1/6 Kec. Jagakarsa
Jakarta Selatan 12620

Email
info@stih-adhyaksa.ac.id

“Hoaks, Pemilu, dan Generasi Muda”

Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu pilar demokrasi yang menentukan arah dan nasib bangsa. Namun, pemilu juga rentan menjadi ajang penyebaran hoaks atau informasi palsu yang dapat merusak stabilitas politik dan sosial. Menjelang pemilu 2024, berbagai hoaks seputar calon presiden, partai politik, dan penyelenggara pemilu mulai bermunculan di media sosial dan aplikasi pesan instan. Akibatnya, polarisasi politik dan ujaran kebencian di masyarakat mencuat. Tak hanya dapat memanipulasi emosi dan opini publik, hadirnya berita hoaks yang disebarkan secara masif juga berpotensi memicu konflik, kebencian, dan intoleransi antara pendukung kandidat atau kelompok tertentu. Hingga bahkan dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa dengan menyebarkan isu-isu yang bersifat provokatif, sensasional, atau mengandung unsur SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), Hal ini dapat mengancam keamanan dan kedamaian nasional, serta mengganggu jalannya pemilu yang sehat, damai, dan demokratis.

Seperti yang diujarkan Bapak Prof. Dr. Reda Manthovani, S.H., LL.M dalam orasi ilmiah nya yang berjudul “Relasi LITERASI DIGITAL dengan PENCEGAHAN Tindak Pidana “HOAX”dan TINDAK PIDANA UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) DITAHUN POLITIK 2024” dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Hukum Universitas Pancasila, beliau menyampaikan bahwa salah satu faktor yang menjembatani kejahatan hoaks dan ujaran kebencian adalah faktor internal yang merupakan minimnya literasi digital dikalangan masyarakat Indonesia. Penindakan terhadap penyebaran berita hoaks oleh pihak berwenang saja tidak cukup bila tidak diiringi dengan sikap prefentif terhadap berita hoaks oleh masyarakat.

Ironinya, menurut survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berjudul “Status Literasi Digital di Indonesia 2021”, pada 2021, sebanyak 60 persen responden mengaku pernah menerima hoaks terkait pemilu 2024. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 54 persen responden mengaku sulit membedakan antara informasi yang benar dan salah di internet. Hal ini menunjukkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia masih rendah dan perlu ditingkatkan.

“Literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam mengolah informasi yang didapat dari media digital, seperti mengevaluasi, menggunakan, dan membuat informasi secara kritis, sehat, dan bijak.” 

Literasi digital sangat penting bagi generasi muda, Gen Y (usia 23-38 tahun) dan Gen Z (usia 13-22 tahun), yang notabene nya merupakan “generasi melek digital” untuk dapat menjadi penyelamat generasi lainnya (orang sekitar) dalam menangkal penyebaran hoaks ataupun ujaran kebencian. Berdasarkan survei KIC-Kominfo, generasi muda memiliki indeks literasi digital yang lebih tinggi dibandingkan generasi tua. Namun, hal ini tidak menjamin bahwa generasi muda bebas dari pengaruh hoaks. Sebaliknya, kehidupan serba digital sejak dini khususnya dalam konteks media sosial sangat mempengaruhi pemikiran dan emosi mereka, dimana pilihan/preferensi mereka sangat bergantung pada algoritma media sosial. Pada kasus ini, pola hidup digital yang kurang bijak dapat menjadi lubang besar dalam melakukan ekstraksi pemahaman sebuah berita hingga membuat rentan terjebak dalam polarisasi politik dan ujaran kebencian yang disebarkan oleh aktor-aktor tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, wajib bagi bagi para generasi muda untuk meningkatkan literasi digital mereka demi menyelamatkan demokrasi yang sehat di Tanah Air dengan menangkal serangan digital berupa hoaks dan ujaran kebencian.

Berikut ini merupakan cara mudah yang dapat dilakukan:

  1. Verifikasi alamat situs: Periksa alamat situs yang tertera pada berita dan pastikan bahwa situs tersebut dapat dipercaya. Beberapa situs yang seringkali menyebarkan hoaks memiliki domain yang mencurigakan seperti blogspot atau wordpress.
  2. Periksa detail visual: Periksa detail visual seperti logo, banner, gedung, dan suasana di sekitarnya. Jika perlu, cari informasi tambahan tentang tempat atau logo sebuah lembaga dalam gambar tersebut.
  3. Periksa sumber: Periksa sumber berita dan pastikan bahwa sumber tersebut dapat dipercaya. Jika sumber berita tidak jelas atau tidak dapat dipercaya, maka kemungkinan besar berita tersebut tidak dapat diandalkan.
  4. Periksa fakta: Periksa fakta yang disajikan dalam berita dan pastikan bahwa fakta tersebut benar. Jika berita mengandung informasi yang tidak benar atau menyesatkan, maka kemungkinan besar berita tersebut tidak dapat diandalkan.
  5. Periksa gaya bahasa: Periksa gaya bahasa yang digunakan dalam berita. Berita yang benar cenderung menggunakan gaya bahasa yang lebih netral dan objektif, sedangkan berita yang tidak benar seringkali menggunakan gaya bahasa yang berlebihan atau emosional.
  6. Cari sumber tambahan: Cari sumber tambahan yang dapat memverifikasi kebenaran berita. Beberapa situs seperti 
  • Kominfo dan Turn Back Hoax: Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Turn Back Hoax adalah dua situs yang menyediakan informasi yang bisa dicek kebenarannya.
  • Google News: Google News dapat membantu Anda mengetahui apakah ada situs berita yang bisa memvalidasi kebenaran informasi yang kamu dapatkan.
  • PolitiFact.com, Hoax Slayer, atau Snopes.com: Situs-situs ini memeriksa apakah sebuah berita itu benar atau palsu.
  • Cekfakta.com: Cekfakta.com adalah sebuah website pemberans hoax dan tempat yang tepat untuk memeriksa benar tidaknya sebuah berita.
  1. Melaporkan: konten hoaks, ujaran kebencian, atau konten negatif lainnya kepada pihak yang berwenang, seperti Kominfo, KPU, Bawaslu, atau Polri, agar dapat ditindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku.

Dengan meningkatkan literasi digital, generasi muda dapat berperan aktif dalam mencegah penyebaran hoaks dan menjaga pemilu 2024 yang sehat, damai, dan demokratis. Generasi muda juga dapat menjadi agen perubahan yang positif bagi Indonesia, dengan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan pengetahuan, kreativitas, dan produktivitas mereka.


Sumber: kompas.com, detik.com, kominfo.go.id, databoks.katadata.co.id,

Avatar photo
Admin STIH Adhyaksa
Articles: 62

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *